Hidup di dunia yang semakin kompleks ini menuntut kita untuk beradaptasi dengan cepat. Semua hal yang dahulu demikian sederhana menjadi bertambah rumit dan memusingkan kepala. Dahulu apabila kita keluar rumah, jalanan tidak begitu ramai sepeti sekarang. Contoh lain sebuah pesawat ponsel, pertama kali diciptakan hanya diperuntukkan sebagai alat komunikasi suara saja, namun dewasa ini sebuah ponsel mempunyai banyak kemampuan antara lain untuk memutar musik, video, memfoto, merekam, chatting, membuka email dan lain-lain. Kompleksitas bukan bertambah baik sebenarnya, namun akan membuat sesuatu yang sebenarnya sederhana menjadi bertambah rumit. Orang selalu beranggapan sesuatu yang canggih itu haruslah seuatu yang njelimet. Anggapan seperti itu sebenarnya tidaklah benar. Sesuatu yang canggih tidaklah harus rumit.
Thursday, July 26, 2007
Sederhana itu Indah...
Thursday, July 12, 2007
Kejuaraan Dunia “Gendong Istri”
Sonkajarvi — Dua mahasiswa asal Estonia dinobatkan menjadi juara bertahan kejuaraan dunia “Gendong Istri” yang diselenggarakan di Finlandia. Pemenangnya yaitu Madis Uursog yang berhasil menggendong pasangannya, Inga Klauso hingga pertama kali melewati garis finish dalam jarak tempuh 830 kaki dengan memakan waktu sekitar satu menit.
Pasangan tersebut menggunakan teknik “Gendong ala Estonia,” di mana si cewek mengapit kedua kakinya di leher si cowok dan kepalanya menghadap di bawah punggung cowok yang membawanya. Namun Uursog mengaku tidak punya resep khusus untuk memenangkan lomba tahunan tersebut. “Saya cuma berupaya lari kencang dan tidak memikirkan apapun,” kata pemuda berusia 20 tahun tersebut.
“Madis sangat baik dalam menggendong perempuan. Saya tidak perlu melakukan apapun,” kata Klauso, mahasiswi berusia 19 tahun. Kendati lombanya bernama “Gendong Istri,” pesertanya tidak harus sudah menikah.
Pasangan tersebut menggunakan teknik “Gendong ala Estonia,” di mana si cewek mengapit kedua kakinya di leher si cowok dan kepalanya menghadap di bawah punggung cowok yang membawanya. Namun Uursog mengaku tidak punya resep khusus untuk memenangkan lomba tahunan tersebut. “Saya cuma berupaya lari kencang dan tidak memikirkan apapun,” kata pemuda berusia 20 tahun tersebut.
“Madis sangat baik dalam menggendong perempuan. Saya tidak perlu melakukan apapun,” kata Klauso, mahasiswi berusia 19 tahun. Kendati lombanya bernama “Gendong Istri,” pesertanya tidak harus sudah menikah.
Penyelenggaraan lomba yang disaksikan tujur ribu penonton tersebut diinspirasi legenda lokal di Finlandia, bahwa konon pada abad ke-19 para lelaki di negara tersebut memiliki kebiasaan menculik perempuan dari desa tetangga. Lomba yang diselenggarakan di desa Sonkajarvi tersebut diikuti 18 pasangan dari beberapa negara, yaitu Estonia, Kanada, Inggris, Irlandia, dan lain-lain.
Hmmmm.... ada-ada saja..... :D
Hmmmm.... ada-ada saja..... :D
Sumber : www.sinarharapan.co.id
Subscribe to:
Posts (Atom)